![]() | Today | 269 |
![]() | Yesterday | 852 |
![]() | This week | 2881 |
![]() | Last week | 3715 |
![]() | This month | 18755 |
![]() | Last month | 25516 |
![]() | All days | 1088386 |
Peta Kakao Indonesia |
![]() |
![]() |
JAKARTA. KAKAO INDONESIA. Kakao merupakan tanaman rakyat. Mengapa? Karena hampir di seluruh wilayah Indonesia tumbuh tanaman penghasil coklat tersebut. Dan 90 % kebunnya adalah milik petani. Meskipun demikian, Sulawesi tetap merupakan daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia. Dimana 60 persen dari luas kakao Indonesia terdapat di Sulawesi yang menyumbang produksi nasional hingga 500 juta ton. Lalu urutan kedua adalah Sumatera dengan luas areal mendekati 300 ribu ha, menyumbang produksi hingga 150.000 ton, yang terpusat di Propinsi NAD. Selebihnya tersebar di Pulau Kalimantan, Bali, Maluku, dan Papua. Tabel. Data Luas Areal dan Produksi Kakao Nasional Per Pulau
Sumber: Ditjenbun 2011 Dari kualitas hasil, petani kakao di Sulawesi umumnya paham tentang fermentasi. Namun petani di Sumatera, Bali dan Jawa relatif minim pengetahuannya tentang fermentasi, kecuali yang telah menjadi mitra dari perusahaan pengolahan kakao. Hanya di beberapa wilayah, pekebunan kakao mulai terancam mengalami konversi. Misalnya saja di Sumatera, di beberapa kabupaten, petani mulai menganti tanaman kakao tuanya dengan sawit. Tentu pertimbangannya adalah alasan ekonomi. Berbeda dengan kelapa sawit, tata niaga kakao masih membuka ruang spekulasi dan masih memungkikan para pedagang baru masuk pasar. Selain itu variasi harga antar kabupaten bahkan antar desa bisa berbeda sangat signifikan. Namun , bagi pabrikan, kondisi demikian tidak kemudian dimanfaatkan untuk mendapatkan biji kakao murah. Pasalnya, kedepan, dengan adanya kebijakan BK, mendorong minat perusahaan asing berinvestasi mendirikan pabrik kakao di Indonesia. Sebaiknya, perusahaan pengolahan kakao mulai membangun kemitraan dengan petani. Tujuannya agar perusahaan bisa mendapatkan jaminan supply, dan bisa mengarahkan petani kepada kualitasn yang sesuai dengan kebutuhan pabrik. |
Comments
RSS feed for comments to this post