![]() | Today | 267 |
![]() | Yesterday | 852 |
![]() | This week | 2879 |
![]() | Last week | 3715 |
![]() | This month | 18753 |
![]() | Last month | 25516 |
![]() | All days | 1088384 |
Produktivitas Nasional Kakao masih di bawah Potensi, Inilah Strategi Pengembangan yang diperlukan. |
![]() |
![]() |
JAKARTA-KAKAO INDONESIA. Minat kakao setiap tahunnya semakin meningkat, namun produktivitas nasional rata-rata kakao masih di bawah potensi. Untuk itu diperlukan strategi pengembangan kakao yang tepat dan tersealisasi dengan baik. Hal ini disampaikan langsung oleh David Tanhungar sub koordinator dari Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, dalam webinar Gamal Institute yang bertajuk “Strategi Penyelamatan Kakao Indonesia”, Senin (19/09/2022). Kakao di Indonesia masih di dominasi oleh tiga daerah yakni Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Ketiga daerah ini merupakan sentra Kakao Indonesia. Rendahnya produktivitas menjadi permasalahan kakao Indonesia yang harus diperhatikan saat ini. Diketahui perkebunan rakyat sekitar 90,75% dari total perkebunan kakao yang ada, dengan tanaman tua/rusak/tidak produktif sekitar 16,26%. Pemeliharaan kurang intensif, inkonsentrasi penerapan GAP dan sarana produksi tidak tersedia. Menurut David selain pada produktivitasnya, kualitas produksi kakao juga masih terbilang rendah. Hal ini karena manajemen panen dan pascapanen belum optimal, sarana kurang memadai, biji belum fermentasi, produk tidak seragam kualitasnya, belum ada insentif harga dan kurangnya inovasi teknologi. Untuk menangani permasalahan itu terdapat strategi yang perlu dilakukan yaitu, peningkatan produksi dan produktivitas kakao, peningkatan nilai tambah dan daya saing, perbaikan panen dan pasca panen, serta peningkatan kemampuan sumber daya manusia. “kita harus melakukan penguatan kelembagaan misalnya koperasi petani. Dan seperti yang kita ketahui pola kemitraan itu ada yang langsung dan tidak langsung. Mungkin dengan adanya webinar ini juga kita bisa berjejaring untuk usaha kakao, missal untuk bermitra dan sebagainya” ujar David Tanhungar. Adanya koperasi kakao nantinya akan menjadi wadah bagi petani-petani untuk saluran pasar, bantuan dari pemerintah atau bantuan modalnya. Dengan koperasi ini petani mendapatkan manfaatnya meliputi peningkatan posisi tawar petani, jaminan pasar, dan jaminan ketersediaan input. (TW) |