![]() | Today | 922 |
![]() | Yesterday | 1506 |
![]() | This week | 10273 |
![]() | Last week | 10648 |
![]() | This month | 25240 |
![]() | Last month | 33394 |
![]() | All days | 452811 |
Saat Kakao Diganti Padi di Sulawesi |
![]() |
![]() |
JAKARTA-KAKAO INDONESIA. Ternyata laju konversi kakao tidak saja terjadi terjadi pada komoditas perkebunan lain. Melainkan saat ini tanaman penghasil bahan baku cokelat tersebut tergantikan oleh tanaman pangan yaitu padi. Menurut Umar Opas, petani sekaligus Pengurus Koperasi Lembaga Ekonomi Masyarakat Kolaka Timur, saat ini di Kolaka Timur, pengalihan lahan kakao menjadi sawah sudah cukup masif. Ia memperkirakan petani binaannya beralih ke padi sawah ada sekitar 50 persen khususnya di dataran rendah, sisanya ke cengkeh dan lada khususnya di Kecamatan Lambandia, Dangia, Poli Polia, Ladongi dan Aere, meskipun ia tidak bisa memberikan konfirmasi terkait luasan yang sudah tergantikan. Aminah Medama, pelaku usaha kakao Luwu Utara juga melaporkan hal yang sama di Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Kabarnya ada 3 kecamatan sentra kakao yang direncanakan akan dijadikan sawah yakni Baebunta, Sabbang, Sabbang Selatan. Kondisi demikian mengkhawatirkan para pedagang kakao di wilayahnya karena biji kakao akan semakin langka. Alosyius Danu, Ketua Masyarakat Kakao Indonesia, menduga kondisi demikian erat kaitannya dengan adanya program pemerintah cetak sawah. Sehingga berbondong-berbondong petani melakukan alih fungsi kakao menjadi sawah padi. Diperparah kondisi harga yang tidak menarik di tingkat petani dan masalah hama yang belum terselesaikan membuat gairah petani menanam kakao menurun. “Situasi demikian sudah seharusnya menuntut pemerintah segera memberikan dukungan dan perhatian lebih kepada kakao Indonesia, khususnya sentra kakao di Sulawesi. Jika tidak maka produksi nasional akan terus menurun”, tegas Danu.
|