![]() | Today | 355 |
![]() | Yesterday | 852 |
![]() | This week | 2967 |
![]() | Last week | 3715 |
![]() | This month | 18841 |
![]() | Last month | 25516 |
![]() | All days | 1088472 |
Trik Mendapatkan Supply Biji Kakao di Indonesia |
JAKARTA-KAKAO INDONESIA. Beberapa kali Kakao Indonesia mendapatkan kontak dari pabrik untuk mendapatkan supply biji kakao dalam partai besar dengan sistem cash and carry. Setiap kali itu juga kami tegaskan bahwa dengan cara seperti itu perusahaan akan sulit mendapatkan supply. Mengapa demikian? Pasalnya saat ini ada sejumlah perusahaan pengolahan yang telah membangun jejaring hingga sampai ke tingkat petani dan bermitra dengan para trader besar. Lalu bayangkan jika ada pemain baru coba masuk mendapatkan bahan baku dari Indonesia dengan target memperoleh biji kakao dengan mutu lebih baik namun harga lebih murah. Maka dipastikan perusahaan tersebut akan gagal total. Apakah ini membuktikan bahwa industri pengolahan atau eksportir tidak mungkin melakukan ekspansi di Indonesia? Tidak juga. Masih terdapat peluang. Hanya tidak dengan sistem “sekali pukul”, melainkan melalui kemitraan yang berkesinambungan. Lalu bagaimana mewujudkan hal tersebut? Langkah pertama, melakukan pendataan. Tidak di semua wilayah Indonsia para pemain lama sudah menancapkan jejaringnya. Di sejumlah daerah di Indonesia masih bisa diperoleh biji kakao dengan harga yang sangat rendah namun mutu tidak terlalu baik seperti yang terjadi di sejumlah daerah di Papua, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Papua, NTB, NTT dsb. Nah, sebaiknya pemain baru tersebut memasuki daerah yang memiliki potensi tersebut dengan berkoordinasi dengan Dinas yang menangani perkebunan dan membangun kemitraan dengan kelompok tani, Gabungan Kelompol Tani atau Koperasi Tani. Langkah kedua, menyiapkan program pendampingan petani dengan tujuan untuk mendorong perbaikan produktivitas dan mutu. Ini dapat dilakukan dengan pelatihan. Tentu perlu waktu dan investasi tapi ini baik bagi perusahaan untuk jangka panjang. Terkait perbaikan mutu perusahaan sebaiknya menciptakan sistem pembelian yang mampu merangsang petani untuk memproduksi biji kakao fermentasi. Langkah ketiga, perusahaan sebaiknya membangun gudang penampungan di lokasi tersebut. Sehingga petani dapat menjual langsung ke perusahaan dalam jumlah tertentu. Dengan harapan harga pembelian petani lebih baik. Langkah keempat, bantu kebun-kebun petani untuk mendapatkan sertifikasi terkait sustainability atau organik. Ini akan memberikan dampak insentif bagi petani dan manfaat bagi perusahaan akan meningkatkan posisi tawar terhadap pembeli produk olahannya kelak. Langkah kelima, ketika perusahaan sudah memperoleh keuntungan sebaiknya perusahaan menyisihkan dana CSR untuk memperkuat kelembagaan petani, membangun agrowisata atau apapun yang bisa memberikan nilai tambah. Langkah keenam, fasilitasi petani mendapatkan bantuan dari pemerintah. Umumnya pemerintah akan lebih tertarik mengalokasikan bantuan kepada kelompok tani yang telah memiliki kemitraan dengan perusahaan.
Hanya dengan pendekatan rasional demikian maka pemain baru masih bisa mendapatkan supply dari Indonesia dengan mutu yang baik dan harga bersaing. |